Senin, 30 Juni 2014

ANALISI HASIL WAWANCARA TENTANG KORUPSI AKIL MOCHTAR



NABILA RIZKI AMANDA/ OFF C 2012/ 120811421362

LAPORAN TUGAS UTS

ANALISIS HASIL WAWANCARA
Teori atribusi adalah bidang psikologi yang mengkaji tentang kapan dan bagaimana orang akan mengajukan pertanyaan “mengapa”. Teori tentang atribusi kausal, yakni bagaimana dan mengapa orang menyimpulkan sesuatu yang menyebabkan sesuatu yang lain (Fritz Heider, 1958). Salah satu tugas teori atribusi kausal adalah memahami mengapa orang melakukan hal-hal yang mereka lakukan.  Orang melakukan macam-macam tindakan, tetapi hanya sebagian saja yang menunjukkan sifat personal mereka ( Hilton, Smith, & Kim, 1995).
Ada dua jenis atribusi menurut Jones dan Davis, yaitu atribusi disposisional dan atribusi situasional. Atribusi disposisional menganggap tindakan seseorang muncul dari karakteristi yang stabil, seperti personalitas. Atribusi situasional menganggap tindakan seseorang disebabkan oleh kekuatan situasional.
Jones dan Davis (1965) mengembangkan teori inferensi koresponden, yang menjelaskna bagaimana kita menyimpulkan apakah perilaku seseorang itu berasal dari karakteristik personal ataukah dari pengaruh situasional. Perilaku seseoang terjadi untuk menyimpulkan bahwa perilaku itu adalah akibat dari pengaruh situasi atau dari disposisi internal, seperti karakternya.
Berdasarkan teori Jones dan Davis tentang pendapat responden mengenai pertanyaan nomor tiga, dua responden melihat dari satu jenis atribusi, yaitu atribusi disposisional, dan tiga responden melihat dari kedua jenis atribusi.
Responden tiga berpendapat bahwa Akil melakukan korupsi dikarenakan moralitas yang tidak bagus dan tidak bisa menahan godaan. Responden empat menyimpulkan bahwa Akil ingin menonjolkan dan memperbanyak hartanya, bisa dikatakan Akil memiliki sifat duniawi yang berlebihan sehingga dia tidak bisa mengontrol nafsu duniawinya. Sudah jelas bahwa kedua responden menyimpulkan dari sudut pandang atribusi disposisional, karena responden berpendapat berdasarkan personalitas Akil sebagai ketua MK  yang tidak memiliki integritas.
Responden satu, dua, dan lima berpendapat bderdasarkan dua sudut pandang, yaitu atribusi disposisional dan atribusi situasional. Berdasarkan atribusi disposisional tidak jauh berbeda dengan pendapat responden tiga dan empat, ketiga responden menyimpulkan bahwa Akil melakukan korupsi karena moral dan etika yang tidak baik. Selain itu, Akil tidak memiliki iman yang kuat karena sudah tergoda dengan uang dan harta.
Sedangkan berdasarkan atribusi situasional, ketiga responden memiliki pendapat yang berbeda-beda. Responden pertama menyimpulkan bahwa salah satu penyebab Akil melakukan korupsi karena adanya kesempatan. Responden dua menyimpulkan bahwa Akil melakukan korupsi karena terjebak birokrasi. Responden lima, menyimpulkan bahwa salah satu penyebab Akil melakukan korupsi adalah Akil sudah  terlanjur memiliki relasi dengan orang-orang yang rela memberikan  uang agar perkaranya menang di pengadilan. Jelas bahwa berdasarkan jenis atribusi ini Akil melakukan korupsi karena situasi lingkungan kerja yang tidak sehat.


BIAS ATRIBUSI
           
Kesalahahn atribusi fundamental , yaitu dimana orang melebih-lebihkan peran disposisi seseorang, seperti personalitas, yang menimbulkan suatu tindakan. Dalam hasil wawancara tentang korupsi Akil Mochtar, ada dua responden yang cenderung mengakibatkan kesalahan atribusi fundamental. Dua responden tersebut cenderung melebih-lebihkan peran disposisi Akil, tanpa pertimbangan situasional. Mereka mennyimpulkan bahwa yang mengakibatkan Akil korupsi adalah moralitas yang tidak baik dan personalitas Akil yang memang tiak bisa mengontrol nafsu duniawinya dengan baik. Mungkin faktor tersebut memang bisa jadi terjadi, namun dalam menarik sebuah kesimpulan harus dilakukan analisis secara holistik agar tidak terjadi bias.

KESAN
Dari wawancara tentang kasus korupsi Akil Mochtar, para responden sangat peduli dan kritis terhadap kasus korupsi ketua MK yang merugikan banyak kalangan dan banyak hal. Para responden memiliki pendapat logis dari berbagai sudut pandang. Solusi yang diberikan responden cukup kreatif dan inovatif.
Memang banyak pihak tidak setuju dengan korupsi, namun harus dipertanyakan apakah semua pihak yang tidak setuju dengan korupsi tidak pernah melakukan korupsi? Pertanyaan ini memang sedikit tabu. Saya rasa belum tentu, bahkan orang-orang yang telah tertangkap korupsi pasti pernah menyatakan tidak setuju dengan korupsi. Hal ini menyangkut pada moral dan etika, terutama kejujuran yang harus tertanam pada diri individu dan membudaya di masyarakat. Pada hakekatnya semua tindakan tergantung pada diri masing-masing. Bagaimana individu memandang suatu keadaan dan mengontrolnya. Sehingga tidak akan terjadi penyimpangan seperti korupsi yang telah umum dan membudaya di Indonesia.

 
LAMPIRAN

Wawancara
1.      Apa pandangan responden tentang kasus korupsi Akil Mochtar (Ketua MK)?
2.      Bagaimana perasaan responden tentang kasus korupsi Akil Mochtar?
3.      Menurut responden, mengapa Akil Mochtar melakukan korupsi?
4.      Menurut responden, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah korupsi di Indonesia?
Hasil wawancara
Responden 1
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia     : 19 tahun
Agama : Islam
Tingkat Pendidikan :  Mahasiswa Fak. Hukum UNEJ (Smstr 1)
Etnik : Jawa
1.      “Hahaha, pandangan saya sebagai mahasiswa hukum ya merasa di lecehkan. Seperti yang kita ketahui bahwa MK adalah lembaga konstitusi yang memiliki wewenang tertinggi. Dimana jalan terakhir dari keadilan ditempuh ya lewat MK. Tapi kita sebagai mahasiswa juga nggak bisa dengan serta merta mengatakan bahwa MK sudah bobrok. Karena di sini yang bermasalah adalah Akil Mochtar yang kebetulan  dia adalah ketua. Kita harus bisa membedakan masalah individu dengan masalah institusi. Ibarat tubuh manusia, sekarang yang lagi sakit kepalanya, bukan semua tubuhnya.”
2.      “Perasaan ya sangat sedih. Dengan siapa rakyat bisa menuntut keadilanlagi jika di dalam MK saja sudah ada korupsi”
3.      “yang namanya kejahatan itu bukan karena niat, tapi karena ada kesempatan.  Kalau dalam ilmu sosiologi, seseorang yang melakukan tindakan menyimpang ya di karenakan sosialisasi tidak sempurna. Akhirnya pondasi-pondasi moral yang dimiliki Akil tidak baik. Karena memang dalam hukum yang terpenting adalah moral dan etika. Percuma saja bila pendidikan tinggi tapi moral tidak bisa mngimbangi, terjadinya ya seperti korupsi ini.”
4.      “sebenarnya banyak upaya preventif untuk mencegah korupsi . salah satunya adalah memperketat recritment dalam pemilihan hakim maupun penegak hukum lainnya. Memberikan persyaratan yang ketat kepada calon legislatif yang merebutkan kursi DPR/DPRD. Memberikan efek jera dalam hukuman koruptor, misalnya hukuman mati. Tapi terlepas dari upaya itu yang terpenting adalah dari diri sendiri. Karena sejatinya hukum itu bukan siapa penegak hukumnya atau apa konstitusinya, tapi diri kita sendiri.”

Responden 2
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 20 tahun
Agama : Islam
Tingkat Pendidikan : Mahasiswa Fak. Kedokteran Hewan UNAIR (Smstr 3)
Etnik : Jawa

1.      “Kalau lihat dari posisinya ya udah parah berarti korupsi di Indonesia, hampir semua sistem sudah seperti itu. Di satu sisi ya berarti KPK itu perannya sangat membantu dalam pelaksanaan Indonesia bebas korupsi”
2.      “ ya kecewa, karena nggak ada pihak yang cukup koperatif untuk mulai memperbaiki keadaan”
3.      “Menurut saya, apalagi kalau bukan duit walaupun ada kemungkinan lain misalnya dia terjebak birokrasi, karena banyak kasus yang seperti itu.”
4.      “Revolusi, birokrasi sama uu harus diubah dulu jangan terlalu rumit, soalnya kadang korupsi itu juga karena kesalahan menjalani sistem.”
Responden 3
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 50 tahun
Agama : Islam
Tingkat Pendidikan : Lulus SMA
Etnik : Jawa

1.      “Menurut saya, kasusnya sungguh memalukan. Sebagai aparat penegak hukum semestinya bisa menjadi panutan dalam rangka pemberantasan korupsi. Dalam kasus ini seharusnya Akil di hukum seberat-beratnya”
2.      “Kecewa,  karena dia yang seharusnya menegakkan hukum, tapi  malah melanggar hukum”
3.      “Sudah jelas karena moralitas yang tidak bagus dan tidak bisa menahan godaan.”
4.      “Pemerintah harus memberi contoh yang baik. Seharusnya sejak awal dari pendidikan harus ditanamkan moralitas yang bagus terutama kejujuran.”
Responden 4
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Agama : Islam
Tingkat Pendidikan : Mahasiswa Fak.Filsafat UGM (smstr 3)
Etnik : Jawa-Madura
1.      “Menurut saya ,Akil bukan hanya menyalahi aturan sebagai ketua MK, Namun juga berdampak pada pandangan masyarakat terhadap pemerintah. Kita tahu gaji ketua MK itu di atas presiden, kedudukannya pun paling tinggi dalam sistem pemerintah , jika yang tertinggi saja sudah tidak bersih , maka hal ini jelasa akan memberi rasa tidak percaya masyarakat terhadap pemerintah, sebagai ketua MK tentu itu merupakan penyimpangan berat,MK adalah badan yang membuat peraturan, kalau yang membuat saja melanggar? Apakah layak untuk dijadikan panutan ke depan? Semakin rakyat sadar pemerintah tidak dapat dipercaya, rakyat akan semakin apatis, dan berkembangnya konflik –konflik baru dalam masyarakat kepada pemerintah. Sehingga sulit untuk pemerintah mengontrol msayarakat. Jika kesalahan-kesalahan pemimpin terus terjadi, tak menutup kemungkinan, amarah masyarakat terhadap pemerintah memuncak suatu hari dan terjadi pemberontakan dimana-mana.”
2.      “Sebagai rakyat tentu saja saya kecewa, bagaimana bisa pribadai yang rakus menjadi ketua MK? Kalau tidak salah Akil pernah berkata “Jika saya korupsi, putus leher saya” kenapa tidak dilakukan sesuai ucapannya saja?? Rampas harta Akil sampai bersih kalau bisa.”
3.      “Pertanyaan tersebut tentu sangat umum, sebagai orang bekedudukan tinggi, tentu harata adalah salah satu hal yang ingin ditonjolkan dan diperbanyak. Dalam hal ini Akil tidak dapat mengontrol nafsu duniawinya.”
4.      “Saya melihat beberapa kasus hanya selesai pada tahap pemeriksaan, hukuman tindak korupsi tidak banyak disorot dan banyak ditutup-tutupi ,sehingga menurut saya, yang terbukti korupsi, dimiskinkan semiskin-miskinnya, rampas semua harta, dipenjarakan setelah itu tempatkan para koruptor dan keluarga di perumahan  sangat sederhana “rumah koruptor” karena menurut saya, hukuman paling sulit untuk seorang manusia adalah hukuman sosialnya, seperti dikucilkan dan lain-lain.”
Responden 5
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Tingkat Pendidikan : D3 STAN Jakarta
Etnik :  Jawa
1.      “Gak heran, indonesia memang belum 100% bebas korupsi. Semakin tinggi lembaga negara semakin banyak permainan politik, semakin rentan korupsi. KPK aja belum bebas dari permainan politik. Buktinya Antasari masih di penjara, padahal publik tahu bahwa dia Cuma korban poloitis orang-orang yang takut terjerat korupsi.”
2.      “Perasaan ya sedih”
3.      “Orang kalau ditawarin duit 100 juta nggak bakalan dia korupsi. Tapi kalau tawarannya sampai milyaran, goyang juga imanya. Intinya korupsi itu balik ke orrangnya masing-masing. Mahfud MD aja pasti pernah ditawarin segenggam berlian,Cuma karena imannya kuat sampai akhir jabatan dia tetep bebas dari korupsi. Akil korupsi karena dia mata duitan, imannya nggak kuat, pernah ngerasain nikmatnya korupsi, dan udah terlanjur punya relasi sama orang-orang yang rela ngasih duit biar perkaranya menang di pengadilan.”
4.      “Ubah undang-undangnya. Dulu sebelum 2006 ada komisi yuridis yang tugasnya mengawasi MK. Trus kasih syarat kalau anggota MK harus bebas dari parpol. Trus diperketat juga aturan fit and proper test. Akil Mochtar kan sebelum diangkat pernah ada yang ngelaporin suap 1 milyar untuk kasusnya bupati Simalungun., karena nggak cukup bukti kasusnya dibiarin gitu aja. Harusnya orang yang ada dugaan kasus seperti itu jangan dilolosin jadi calon ketua MK sampai kasusna tuntas dan dia terbukti nggak bersalah.”































 














































 
















  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar